Sejarah Baitul Maqdis (Al-Aqso)

Kota Baitul Maqdis (Al Quds, Yerussalem) dan tanah Syam (sekarang adalah Suriah, Yordania, Palestina, Lebanon, Israel) mempunyai sejarah yang panjang sebagai tanah yang paling dipersengketakan di antara manusia di muka bumi. Itu tidak mengherankan, sebab Baitul Maqdis dan tanah Syam mempunyai kedudukan penting (significance) bagi semua umat manusia dan menjadi tanah utama yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT, sejak dahulu sampai Hari Kiamat nanti.
Bagi umat Islam khususnya, Baitul Maqdis dan tanah Syam –sebagai bagian tak terpisahkan dari negeri Islam– mempunyai kedudukan strategis yang berkaitan langsung dengan agama Islam itu sendiri.

Kedudukan Strategis Baitul Maqdis dan Tanah Syam

Paling tidak terdapat 8 (delapan) kedudukan strategis Baitul Maqdis dan tanah Syam bagi umat Islam, yaitu sebagai :
1. Tanah wahyu dan kenabian,
2. Tanah Isra’ dan Mi’raj,
3. Tanah kiblat pertama,
4. Tanah yang ditaklukkan tanpa perang,
5. Tanah kesabaran dan jihad,
6. Tanah yang dijanjikan,
7. Tanah ibu kota Khilafah di masa depan, dan
8. Tanah tempat semua manusia akan dikumpulkan.

Tanah Wahyu dan Kenabian
Allah SWT telah menjelaskan beberapa kali dalam Al Qur`an, bahwa Baitul Maqdis dan tanah Syam merupakan tanah yang diberkahi Allah, sesuai firman Allah :
”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.” (TQS Al Israa’ : 1) Keterangan : TQS = Tarjamah Al-Qur’an Surah
Keberkahan yang dimaksud, antara lain karena di Syam-lah Allah mengutus banyak nabi dan rasul-Nya. Syam juga menjadi tempat berlangsungnya kisah-kisah yang ditunjukkan Al Qur’an. Para malaikat turun di sana dengan membawa wahyu dan dengan wahyu itu para rasul berdakwah. Di tanah Syam pula banyak nabi dikuburkan. Nabi Isa AS, Dawud AS, dan Sulaiman AS dilahirkan, tumbuh, dan berdakwah di Syam. Nabi Ibrahim AS dan Luth AS pun bermigrasi ke Syam sebagaimana firman Allah SWT :
”Kami berfirman,’Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim,’ mereka berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia.” (TQS Al Anbiyaa` : 69-71)
Tanah Syam adalah negeri yang ditetapkan oleh Alah SWT untuk menyelamatkan Nabi Musa AS dan kaumnya dari kekejaman Fir’aun. Syam adalah negeri tempat dikuburkannya Nabi Ibrahim AS, Ishaq AS, Ya’qub AS, Yusuf AS, dan Musa AS.
Secara ringkas, Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan kesucian tanah Syam ini sesuai riwayat Imam At-Tirmidzi dari shahabat Zaid bin Tsabit Al-Anshari RA yang menyatakan bahwa, “Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda :
‘Betapa diberkahinya Syam ! Betapa diberkahinya Syam !’ Lalu orang-orang bertanya,’Bagaimana ia diberkahi wahai Rasulullah ?’ Nabi menjawab,‘Para malaikat membentangkan sayapnya di atas Syam, dan para nabi telah membangun Baitul Maqdis (Al Quds).” Ibnu Abbas menambahkan bahwa Rasulullah bersabda, ‘Dan para nabi tinggal di Syam, dan tidak ada sejengkal pun kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah berdoa atau berdiri di sana.” (HR At Tirmidzi)

Tanah Isra’ dan Mi’raj
Nabi Muhammad SAW telah melakukan perjalanan malam dari Baitul Maqdis (Al-Quds) bertolak dari Makkah, dan kemudian dari Baitul Maqdis melakukan mi’raj ke langit ke tujuh. Al Masjidil Aqsha adalah tempat berakhirnya Isra’ Nabi dan tempat bermulanya Mi’raj Nabi. Pada saat malam Isra’ Mi’raj itu, Baitul Maqdis menjadi tempat Muhammad SAW melakukan sholat sebagai imam bersama para nabi lainnya (HR. Ahmad Ibn Hanbal, dari Ibnu Abbas). Allah SWT berfirman :
”Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya.” (TQS Al Israa’ : 1)
”Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Didekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (TQS An Najm : 13-18)
Isra’ dan Mi’raj adalah salah satu peristiwa terpenting dalam Sirah Muhammad SAW. Peristiwa ini terjadi pada bagian terakhir dari fase Makkah pada bulan Rajab (619 M). Isra’ Mi’raj menjadi pemisah antara orang-orang yang beriman dan yang kafir, sebab setelah peristiwa itu beberapa orang murtad dan keluar dari Islam, sementara Abu Bakr yang membenarkan dan mengimani Isra’ Mi’raj, mendapatkan gelar Ash-Shiddiq, yang artinya ‘orang yang sangat membenarkan.’
Masjid Al-Aqsha menjadi tempat suci ketiga bagi umat Islam dan merupakan satu dari tiga masjid yang direkomendasikan Nabi untuk dikunjungi. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :
‘Tidaklah diadakan perjalanan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid : masjidku ini (di Madinah), Al Masjidil Haram (di Makkah), dan Al Masjid Al-Aqsha.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits yang lain Imam At-Thabrani dan Al-Bazzar meriwayatkan dari Abu Al-Darda` bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Sekali sholat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 sholat. Sekali sholat di Masjidku ini (di Madinah) sama dengan 1000 sholat. Dan sekali sholat di al Masjid Al-Aqhsa sama dengan 500 sholat.” (HR. At Thabrani dan Al-Bazzar)

Tanah Kiblat Pertama
Arah kiblat yang pertama bagi Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dalam sholat adalah ke arah Baitul Maqdis (Al Quds). Ini berlangsung selama 16 atau 17 bulan sampai Allah SWT menurunkan wahyu untuk mengubah arah kiblat ke arah Ka’bah. Perubahan kiblat ini terjadi pada bulan Sya’ban –atau mungkin Rajab— pada tahun ke-2 Hijrah setelah berdirinya Daulah Islamiyah di Madinah. Allah SWT berfirman :
”Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (TQS Al Baqarah : 144)

Tanah Yang Ditaklukkan Tanpa Perang
Pada masa kepemimpinan Khalifah kedua Umar bin Al-Khaththab RA, Al-Quds ditaklukkan oleh pasukan Islam (638 M). Hal khusus yang perlu diingat dalam penaklukan Al-Quds ini adalah tidak terjadinya peperangan. Umar RA disambut di kota itu oleh orang-orang Kristen. Karena ditaklukkan tanpa perang, maka Syam termasuk tanah Usyriyah (al ardh al ‘usyriyah) yang berbeda perlakuannya dengan tanah-tanah yang ditaklukkan dengan perang (al ardhu al kharajiyah).

Tanah Kesabaran dan Jihad
Banyak hadits yang menerangkan bahwa seseorang yang tinggal di Baitul Maqdis akan seperti orang yang berjihad atau berperang fi sabilillah. Misalnya Mu’az Ibn Jabal RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:
“Hai Muadz ! Allah Yang Maha Kuasa akan membuat kalian sanggup menaklukkan Syam, setelah kematianku, dari wilayah Al-Arisy sampai Efrat. Para lelaki dan wanitanya akan terus berjihad sampai Hari Kiamat. Siapa saja di antara kalian yang memilih tinggal perbatasan Syam atau Baitul Maqdis (Al-Quds) dia akan berada dalam keadaan berjihad sampai Hari Kiamat.”
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya bahwa Abu Umamah Al-Bahili meriwayatkan Nabi SAW bersabda :
“Sebuah kelompok dari umatku akan selalu menegakkan perintah Allah, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menyalahi dan berbeda pendapat dengan mereka, sampai datang keputusan Allah atas mereka.’ Mereka bertanya,”Wahai Rasulullah, di manakah mereka ?’ Nabi menjawab, ”Di Baitul Maqdis dan di sekitarnya.” (HR Ahmad)
Sesungguhnya, sepanjang sejarah Islam dan juga masa sekarang, kebenaran yang diucapkan Nabi SAW itu telah terbukti. Pendudukan atas seluruh Palestina, tak hanya Tepi Barat atau Jalur Gaza, tidak pernah membuat kaum muslimin merasa kalah. Seperti halnya ketika kaum Salib menduduki Syam lebih lama daripada kaum Israel saat ini. Akan tetapi Allah SWT terbukti telah memunculkan seorang pemimpin di antara kaum mu`min, yaitu Salahuddin Al-Ayubi, yang tercatat dalam sejarah sebagai pembebas Palestina dari cengkeraman kaum Salib yang kafir.

Tanah Yang Dijanjikan
Allah SWT telah berjanji kepada para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya dan beramal shaleh bahwa Dia akan mengalahkan musuh-musuh mereka. Allah akan meneguhkan keadaaan mereka dan akan menunjuk mereka untuk mengelola Baitul Maqdis. Berkaitan dengan ini Allah SWT berfirman:
”Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu,’Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dan kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta dan kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukum bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.” (TQS Al Israa` : 4-7)
”Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil,’Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur (dengan musuhmu).” (TQS Al Anbiyaa` : 104)
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir terhadap ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.” (TQS Ali ‘Imran : 112)
”Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai Hari Kiamat orang-orang yang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan.” (TQS Al A’raaf : 167-168)
“Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari kepada Allah apa yang tidak mereka harapkan.” (TQS An Nisaa` : 104)
“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu.” (TQS Muhammad : 35)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.” (TQS An Nuur : 55)

Tanah Ibu Kota Khilafah yang Akan Datang
Pada saat kita hidup dalam keadaan hina dan terpuruk saat ini, kita harus mempunyai harapan akan janji Allah SWT. Kita dapat menghubungkan janji Allah ini dengan kembalinya Khilafah suatu saat nanti di tanah Syam dalam beberapa hadits Nabi Muhammad SAW. Imam Ahmad meriwayatkan dari An-Nu’man bin Basyir bahwa Nabi SAW bersabda:
“Telah datang suatu masa kenabian (nubuwwah) atas kehendak Allah kemudian berakhir. Setelah itu akan datang masa Khilafah Rasyidah sesuai dengan jalan kenabian, atas kehendak Allah, kemudian akan berakhir. Lalu, akan datang masa kekuasaan yang terdapat di dalamnya banyak kezhaliman (mulkan jabriyan), atas kehendak Allah, kemudian berakhir pula. Lantas, akan datang zamannya para diktator (mulkan ‘adhan), atas kehendak Allah, akan berakhir juga. Kemudian (terakhir), akan datang kembali masa Khilafah Rasyidah yang mengikuti jalan kenabian.’ Kemudian Nabi diam. (HR. Imam Ahmad dan Al Bazzar)
Ibn Asakir meriwayatkan dari Yunus bin Maisarah bin Halbas bahwa Nabi Muhammad SAW berkata:
“Perkara ini (Khilafah) akan ada sesudahku di Madinah, lalu di Syam, lalu di Jazirah, lalu di Iraq, lalu di Madinah, lalu di Al-Quds (Baitul Maqdis). Jika ia (Khilafah) ada di Al-Quds, pusat negerinya akan ada di sana dan siapa pun yang memaksanya (ibu kota) keluar dari sana (Al Quds), ia (Khilafah) tak akan kembali ke sana selamanya.”
Ibn Sa’d meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abi Umairah Al-Mazni dia berkata,
“Akan ada bai’ah untuk setia mengikuti pimpinan yang ada di Baitul Maqdis (Al-Quds).”

Tanah Tempat Semua Manusia Akan Dikumpulkan
Banyak hadits menunjukkan bahwa Baitul Maqdis adalah tanah tempat semua manusia akan dibangkitkan pada Hari Kebangkitan di hadapan Allah SWT. Di antaranya adalah riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya bahwa Maimunah, saudara perempuan Sa’ad dan pembantu Rasulullah SAW, berkata :
‘Wahai Nabi, berikanlah kami sebuah pernyataan tentang Baitul Maqdis.’ Nabi menjawab,‘Dia adalah tanah tempat manusia dibangkitkan dan dikumpulkan.” (HR. Ahmad)
Allah SWT berfirman :
“Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat.” (TQS Qaaf : 41)
Beberapa mufassir mengatakan bahwa tempat yang dekat dengan tempat malaikat Israfil AS meniup terompetnya itu, adalah Baitul Maqdis (Al-Quds).

Perseteruan Muslimin dengan Yahudi

Dengan kekompakan ummat Islam di bawah komando Nabi SAW, da’wah Islamiyyah berkembang pesat, sehingga orang yahudi khoibar menjadi penggarap ladang – ladang kaum muslimin dengan upah sebagian dari hasil pertanian jika musim panen tiba.
Kejayaan Ummat Islam yang telah di nikmati ummat Islam di masa Nabi, Nabi mengharapkan agar berlangsung terus setelah sepeniggal beliau, maka Nabi memberikan modal pokok untuk melanggengakan kejayaan itu yang harus di pegang seluruh genareasi,sepanjang sejarah, yaitu : Istiqomah dalam memegang ajaran agama, dan bersatu adalah modal pokok kemenangan sebagaimana seruan Alquran
﴿وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ) ﴾
Artinya: Dan taatilah Allah dan rasulnya dan janganlah kamu berselisihm yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekutanmu hilang.
Di samping itu juga Nabi telah mengluarkan prediksinya ( attanabbuat al mustaqbaliyah) tentang prilaku dan mental ummat Islam yang bisa menghilangkan kejayaan Islam, yaitu ketika kaum muslimin sudah terjangkit penyakit Wahan,sehingga musuh – musuh kita sudah tidak ada rasa takut dengan kaum muslimin.
Musuh- Musuh kita faham betul akan rahasia kemengan kita, di saat masuknya masa imperialis, di kotak- kotakkan ummat Islam menjadi Negara – Negara kecil di sibukkan dengan keadan dalam negeri,tidak menghiraukan nasib tetangga yang di timpa musibah, di mana wilayah kaum muslimin sebelum itu, memjang dari Iraq sampai marokko, di bawah satu komando. Setelah itu di bentuklah badan – badan internasional yang produktif membuat peraturan dengan payung hak azazi manusia, namun pada hakekatnya adalah untuk membunuh ruh jihad, Ummat Islam namun kita tidak terasa.ingin bergabung memberikan bantuan harus malalui aturan protokoler yang jelimet dan bertele- tele.
Prediksi Nabi empat belas abad yang silam sudah terbukti,ummat Islam bagaikan makanan yang tertuang dalam satu tempat, di krumuni banyak musuh,yang bertujuan menghabiskan kita, kita melihat dan merasakan sendiri, ummat Islam banyak dalam kwantitas, namun lumpuh dalam kwalitas, sehingga rapuh mengdapi musuh, tidak bearti, seperti buih di lautan, karena mayoritas pemimpin ummat Islam sudah terjangkit penyakit Al WAHAN, yaitu cinta dunia dan takut mati,sehinga berjalan sendiri-sendiri.
Mereka telah berkwalisi untuk menghancurkan Iraq, dan Afganistan, di mana perang secara kwalissi pernah di lakukan pendahulu meraka untuk menghabiskan ummat Islam di masa Nabi yaitu ghazwatul ahzab perang Ahzab atau perang khandzaq.
Hak dan bathil selalu exis dalam setiap saat, keduanya saling bertolak belakang dan tidak pernah berjalan bersama, keduanya saling mempunyai generasi yang selalu meneruskan kebudayaan pendahulunya, hanya saja selalu di kondisikan dengan masanya .Nabi Nuh harus berhadapan dengan masyarakatnya yang kafir, Nabi Hud harus berhadapan dengan kaum Aad yang sombong merasa paling kuat, superpower saat itu.
﴿فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ﴾ ( فصلت : (15).
Artinya: Maka adpun kaum ‘Ad mereka menyombongkan diri di bumi tanpa(mengindahkan)kebenaraan dan mereka berkata,” siapakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami?”
Nabi Sholeh dengan kaum Samud, Nabi Musa dengan Fir’aun, Nabi Ibrohim dengn Namrud, Nabi Isa dengan Yahudi, Nabi Muhammad, harus berhadapan dengan keluarga, dan masyarakat sendiri, di jaman kita sekarang kita di hadapkan dengan sebuah Negara yang telah merasa super menghidupkan kesombongan kaum ‘Aad ” ﴿ مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ﴾ siapa dari kita yang paling kuat…?” seluruh bangsa diatas belahan bumi ini dengan cara paksa di suruh untuk mengakui keangkuhan dan kesombongannya.
Disaat kaum muslimin ada kemampuan untuk mengatur peredaran roda politik di dunia ini, mulai dari masa Rasul, setelah tumbangnya dua Negara super power Persi di timur, dan Rumawi di barat, di teruskan masa Khulafaur rosyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, Turki ‘Usmani, yang baru jatuh pada tahun 1924M, kaum masihi yang minoritas mendapatkan haknya yang penuh hidup dibawah naungan daulah Islamiyyah. Setelah runtuhnya turki Usmani, wilayah Palestin menjadi jajahan Inggris, sehari sebelum Inggris angkat kaki dari Palestin, telah di proklamirkan berdirinya Negara Israil, dijantung bumi Palestin, tahun 1948, yang telah di kuatkan dengan butir butir yang tertuang pada perjanjian Bolfur, yang bertujuan mengumpulkan orang orang yahudi yang bertebaran di seluruh penjuru dunia, terutma di Eropa, dan Rusia. Di mana bangsa Yahudi telah di usir di porak porandakan Raja Buhtanshor sekitar tahun 300 an masehi.
Imigran besar besaran sengaja di datangkan untuk menguatkan negara Israel yang baru lahir, maka muncullah konflik antara penduduk pribumi, dan para pendatang gelap kaum Yahudi. Konflik berkepanjangan sehingga kaum pribumi tersingkir, sehingga seluruh daratan Palestin di kuasainya, melebar sampai wilayah semenanjung Sinai wilayah mesir, bagian barat wilayah Yordan, dataran tinggi Golan wilayah Syiria, dan wilayah selatan Libanon. Semenanjung Sinai telah kembali kepangkuan Mesir dengan perjuangan berat, berupa perang besar 1973 M, setelah terjadi perjanjian camdevid, sehingga Mesir harus mengakui Israil, sedangkan wilayah barat Yordan, dataran tinggi Golan dan Libanon selatan masih di kuasai Israil sampai sekarang.
Amerika dan Inggris selalu tampil sebagai bapak yang menaruh rasa kasih sayang pada anak emasnya yaitu Israil, yang sampai saat ini belum bisa diterima penuh tetangga kanan kirinya, sebagai sebuah negara. Bantuan besar- besaran setiap saat dan pembelaan yang sungguh – sungguh untuk anak emasnya sekalipun salah, sehingga tidak punya rasa malu membela yang salah, dihadapan seluruh bangsa di dunia ini.Tetangga kanan kiri anak emasnya yang terang -terangan memusuhinya, telah di hancur luluh lantahkan.
Inilah sumber kekacauan diatas dunia saat ini, Mungkin kah kita berdamai dengan Israil yang telah menggosob tanah orang? Mendirikan rumah di tanah orang? Salahkah bangsa Falistin yang melakukan muqowamah? berjuang untuk merebut kembali semua haknya yang telah di rampas Isroil? Masuk akalkah seruan untuk menghentikan muqowamah? Bangsa Palistin berjuang lebih dari setengah abad untuk mendirikan Negara Palistina di kampong sendiri, yang beribukota di Alquds, agar supaya bisa hidup berbangsa bernegara yang berdaulat sebagaimna layaknya ummat manusia yang lain, diamkah kita atas ulah Amerika dan Inggris dan segenap sekutunya yang selalu menghidupkan slogan kaum ‘Aad? ﴿ مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ﴾
Mungkinkah kita hidup damai, saling hormat menghormati, dengan Israil, Amerika, Inggris, yang berlatar belakng seperti di sebutkan diatas? Sebagai ummat Islam yang telah meyakini Alquran dan Al sunnah sebagai sumber hukum dan jalan hidup, telah menjelaskan. bahwasannya tiada larangan untuk berbuat baik pada orang kafir yang tidak memerangi orang Islam, dan mengusir dari kampung halamannya, namun jika sebaliknya Allah memerintahkan untuk melawan dan memeranginya .
﴿ لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴾ [الممتحنة/8، 9]
Artinya: Allah tidak melarang kamu berbuat baik, dan berlaku adil terhadap orang –orang yang tidak memerangimu dalam urusan agma dan tidak mengusir kamu dari kampung halmanmm sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang berlaku adil. Sesunggunynya Allh hanya melarang kamu menjadi kan mereka sebgai kawanmu orang0orang yang memerangi kamu dalam urusan Agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu, dan orang –orang yang membantu mengusirmu, barang siapa menjadikan mereka sebgai kawan, mereka itulah orang yang dholim.
Lalu bagaimanakah yang terjadi di Palestin? Rumah rumah kaum muslimin dihancurkan, orang Palestin di usir dari kampung halamnnya dan tidak bisa kembali sampai sekarang, korban tiap hari berjatuhan lebih dari setengah abad lamanya.
Sudah tidak terhitung penandatanganan perjanjian, setiap ada perjanjian hari berikutnya mereka selalu berkhianat, maka setelah terjadi penghianatan besoknya terdengar berita dari isroil atau dari bapaknya Amerika atau inggris untuk minta mulai perundingan baru lagi, isti’naful al mufawadlot atau mubadartussalam yang terjadi selama lebih dari setengah abad, melestariakan prilaku para pandahulunya, yang hidup di zaman Nabi selalu menghianati perjanjian.
Sampai kapankah kita harus sabar? Dan masih terbuka kah untuk hidup damai yang haqiqi jauh dari semua kecurigaan? Selama kita masih eksis memgang agama kita dengan betul, hal itu tidak akan terwujud, kepura puraanlah yang terjadi, dan saling curiga mencurigai, ucapan kebencian selalu terucap dari semua media yang mereka miliki, media masa sedunia ramai jika satu anaknya tewas, namun jika ratusan kaum muslimin dibunuh mereka tuli bisu untuk bersuara hak azazi manusia. dan kebencian yang tersimpan dalam jiwanya lebih dahsyat.
﴿….قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ…﴾ [آل عمران/118]
Artinya: Sungguh telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih dahsyat….
Kita sering mendengar ajaran mereka menonjolkan cinta kasih sama sesama, terus apakah yang di lakukan bapaknya, terhadap rakyat Palestin dan iraq…? Jika mereka menonjolkan kasih sayang kenapa korban berjatuhan, berapa ribu korban semenjak bapaknya masuk iraq? Maka yang di maksud ayat :
﴿….وَجَعَلْنَا فِي قُلُوبِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ رَأْفَةً وَرَحْمَةً….﴾[الحديد:]
Artinya : dan aku jadikan di hati orang yang mengikuti Nabi Isa penuh kasih sayang
adalah orang orang yang mengikuti Nabi Isa pada zamannya, bukan kaum masihi setalah di rafa’ nya Nabi Isa dan sampai sekarang.
Kemudian ayat yang menujukkan kebenciannya orang musyrik dan yahudi pada kita, dan kasih sayangnya orang Nasroni pada kita , itu tepatnya adalah Raja Najasyi dan kaumnya di khabasyah (Etopia) yang telah menerima dengan ikhlas datangnya kaum Muslimin yang datang memohon perlindungannya, datang dengan dua gelombang, gelombang pertama 12 laki- laki 4 wanita dibawah pimpinan Usman bn affan pada tahun ke lima dari kenabian, dan gelombang kedua dibawah pimpinan Ja’far bn Abi Tholib dengan rombongan sebanyak 83 laki dan 18 wanita. Bukan kaum Nasroni yang hidup setelahnya dan sampai sekarang.
﴿ لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى ذَلِكَ بِأَنَّ مِنْهُمْ قِسِّيسِينَ وَرُهْبَانًا وَأَنَّهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ﴾ [المائدة/82]
Artinya: Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang –orang beriman yaitu orang –orang yahudi dan orang –orang musyrik dan pasti akan kamu dapati orang yang paling dekat persahabtannya dengan orang yang beriman yaitu orang nasroni karena diantara mereka ada pendeta dan rahib dan mereka tidak menyombongkan diri.

Hidup berdampingan dan damai yang haqiqi bisa tercapai jikalau kaum muslimin sudah melepas dengan mudah agamanya ,mengikuti secara totalitas agamnya, cara berfikirnya, gaya hidup dan kebudayaannya,
﴿ وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ …﴾[البقرة/120]
Artinya: Dan tidak akan rela kepadamu orang yahudi dan nasroni sehingga kamu mengikuti seluruh kebudyaan mereka.

Apakah mungkin terjadi ……? Perdamaian yang haqiqi sulit terjadi ,ini semua sengaja Allah jadikan! semua mengandung hikmah, berkhinatnya kafir Makkah, dalam memegang butir-butir perjanjian hudaibiyyah ,membawa barkah terbukanya kota Makkah, pada tahun 8 hijriyyah, lalu apakah hikmah yang tersimpan selalu berkhianatnya isroil …? Barangkali ini semua bertujuan untuk selalu menghidupkan ruhul jihad, di jiwa seluruh kaum muslimin ,yang tersirat, dari ayat ,
﴿يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ﴾ ( التحريم: 9).
Artinya: wahai nabi berjihadlah kepada orang kafirK dan munafiqK dan berlaku keras dengan mereka, dan temapt kembali mereka adalah Jahannam sejelek tempat kembali.
Dan tanabbuat mustaqbaliyyah dari Nabi yang mnerangkan berlangsungnya jihad sampai hari qiamat ” aljihadu madlin ilaa yaumil alqiyamah “.
عن أنس ، قال رسول الله r « …والجهاد ماض منذ بعثني الله إلى أن يقاتل آخر أمتي الدجال لا يبطله جور جائر و لا عدل عادل… ( رواه أبو يعلى في مسنده)
Sesungguhnya jihad melawan yang bathil akan berjalan terusm di mulai semenjak aku di angkat jadi Nabi, sampai menjelang kiamat di saat ummatku membunuh Dajjjal, ruhul jihad tidak akan punah, sekalipun mendapat kecaman dari kaum yang bejat moralnya, dan juga tidak akan berhenti sekalipun di hujani sindiran dari orang yang bijaksana
Melihat latar belakang konflik yang ada, dan melihat kondisi ummat Islam yang sudah terjangkit penyakit alwahan, maka sulit di wujudkan perdamaian yang haqiqi, sekalipun ada beberapa pemimpin kaum muslimin yang menjalin hubungan dengan yahudi, kepura-puraan pasti tetap terselubung di sana.
Sudah berapa kali Bush dan para pendahulunya, dan juga Menlu Menlu nya, dan para dutanya datang ke Falestin, semua menjanjikan akan segera di proklamirkan Negara Falestin, semuanya hanya bermulut besar ,itu semua menunjukkan tidak adanya kesungguhan bapaknya, dalam penyelesaian masalah Falestin, Secara segera, semoga ini semua membawa hikmah bagi sekalian kaum Muslimin, ya Allah tidak engkau ciptakan sesuatu kecuali membawa hikmah.

﴿ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴾ [آل عمران/191] والله أعلم.
Demikianlah yang bisa saya sampaikan dalam kesempatan khotbah siang hari ini, semoga kita di beri kemudahan untuk menghidupkan kembali seruan hijroh, meninggalkan semua yang munkar menuju yang ma’ruf

« والمهاجِرُ مَن هَجَرَ ما نَهاهُ الله عنه» رواه البخاري.
sebab kewajiban hijroh dari luar Madinah menuju Madinah sudah di tutup Nabi setelah terbukanya Kota Makkah pada tahun 8 Hijriyyah, sebab Kota Makkah sudah di bawah kekuasaan Kaum muslimin, ummat Islam sudah bisa menegakkan syiar agama,di Makkah. Imam Nawawi berpendapat Jikalau kita hidup di suatu tempat yang tidak bisa menjalankan syariat agama, maka wajib hukumnya berpindah mencari tempat yang aman untuk beribadah di mana saja dan kapan saja.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r « لَا هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوا» رواه البخاري.
Tidak ada kewajiban hijroh ke Madinah setelah terbukanya Kota Makkah, tetapi jalan untuk meraih pahala yang sama dengan hijroh, memerlukan jihad, dan niat yang ihlas, jikalau pemimpinmu menyerukan untuk berjihad maka pergilah.
Imam Nawawi juga memberikan ta’wilan yang kedua, sesungguhnya hijroh ke Madinah setelah terbukanya kota Makkah pahalnya tidak sama dengan hijroh ke Madinah sebelumnya terbukanya Kota Makkah.
﴿ ….لَا يَسْتَوِي مِنْكُمْ مَنْ أَنْفَقَ مِنْ قَبْلِ الْفَتْحِ وَقَاتَلَ، أُولَئِكَ أَعْظَمُ دَرَجَةً مِنَ الَّذِينَ أَنْفَقُوا مِنْ بَعْدُ وَقَاتَلُوا…..﴾ [الحديد/10
Artinya: Tidaklah sama dari kalian orang-orang yang berderma sebelum terbukanya kota Makkah dan berjihad, mereka mendapat tempat yang mulia di banding orang yang berderma stelah terbukanya kota Makkah dan berperang.
Dan semoga kita kaum muslimin, terutama para pemimpin kita, segera di jauhkan dari penyakit Alwahn, jika itu yang terjadi, otomatis bersatu akan mudah kita raih, dengan kebersatuan dan komitmen dengan ajaran agama, kita akan jadi ummat yang di perhitungkan, berwibawa dan berharga, musuh – musuh kita akan lari ketakutan, sehingga masjidil aqsho segera kembali ke pangkuan ummat Islam. amin.
Sejarah Konflik Palestina
Konflik Palestina – Israel menurut sejarah sudah berlangsung 32 tahun ketika pada tahun 1967 Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria dan berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Bahkan jauh sebelum itu, yakni sejak diproklasikan berdirinya negara Israel tahun 1948, perjuangan sengit bangsa Palestina sudah bergolak. Sampai sekarang perdamaian sepertinya jauh dari harapan. Ditambah lagi terjadi ketidaksepakatan tentang masa depan Palestina dan hubungannya dengan Israel di antara faksi-faksi di Palestina sendiri. Tulisan ini dimaksudkan sebagai pengingat sekaligus upaya membuka pemahaman kita mengenai latar belakang sejarah sebab terjadinya konflik ini.

2000 SM – 1500 SM

Istri Nabi Ibrahim A.s., Siti Hajar mempunyai anak Nabi Ismail A.s. (bapaknya bangsa Arab) dan Siti Sarah mempunyai anak Nabi Ishak A.s. yang kemudian mempunyai anak Nabi Ya’qub A.s. alias Israel (Israil, Qur’an). Anak keturunannya disebut Bani Israel sebanyak 7 (tujuh) orang. Salah satunya bernama Nabi Yusuf A.s. yang ketika kecil dibuang oleh saudara-saudaranya yang dengki kepadanya. Nasibnya yang baik membawanya ke tanah Mesir dan kemudian dia menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika masa paceklik, Nabi Ya’qub A.s. beserta saudara-saudara Yusuf bermigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (Nabi Ya’qub A.s.) membesar.

1550 SM – 1200 SM

Politik di Mesir berubah. Bangsa Israel dianggap sebagai masalah bagi negara Mesir. Banyak dari bangsa Israel yang lebih pintar dari orang asli Mesir dan menguasai perekonomian. Oleh pemerintah Firaun bangsa Israel diturunkan statusnya menjadi budak.

1200 SM – 1100 SM

Nabi Musa A.s. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di gurun Sinai menuju tanah yang dijanjikan, asalkan mereka taat kepada Allah Swt – dikenal dengan cerita Nabi Musa A.s. membelah laut ketika bersama dengan bangsa Israel dikejar-kejar oleh tentara Mesir menyeberangi Laut Merah. Namun saat mereka diperintah untuk memasuki tanah Filistin (Palestina), mereka membandel dan berkata: “Hai, Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu (Tuhanmu), dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.” (QS 5:24)
Akibatnya mereka dikutuk oleh Allah Swt dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama yang dibawa Nabi Musa A.s. disebut Yahudi – menurut salah satu marga dari bangsa Israel yang paling banyak keturunannya, yakni Yehuda, dan akhirnya bangsa Israil – tanpa memandang warga negara atau tanah airnya – disebut juga orang-orang Yahudi.

1000 SM – 922 SM

Nabi Daud A.s. mengalahkan Goliath (Jalut, Qur’an) dari Filistin. Palestina berhasil direbut dan Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi sungai Nil hingga sungai Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel Raya seperti yang dipimpin raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (sungai Nil dan Eufrat) dan Bintang Daud. Kepemimpinan Daud A.s. diteruskan oleh anaknya Nabi Sulaiman A.s. dan Masjidil Aqsa pun dibangun.

922 SM – 800 SM

Sepeninggal Sulaiman A.s., Israel dilanda perang saudara yang berlarut-larut, hingga akhirnya kerajaan itu terbelah menjadi dua, yakni bagian Utara bernama Israel beribukota Samaria dan Selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem.

800 SM – 600 SM

Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah Swt maka kerajaan tersebut dihancurkan oleh Allah Swt melalui penyerangan kerajaan Asyiria.
“Sesungguhnya Kami telah mengambil kembali perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh.” (QS 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Injil (Bible) pada Kitab Raja-raja ke-1 14:15 dan Kitab Raja-raja ke-2 17:18.

600 SM – 500 SM

Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Injil Kitab Raja-raja ke-2 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.

500 SM – 400 SM

Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bangsa Israel kembali ke Yerusalem.

330 SM – 322 SM

Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani dan bukan dalam bahasa Ibrani.

300 SM – 190 SM
Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.

1 – 100 M

Nabi Isa A.s. / Yesus lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yakni dihukum mati di kayu salib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para Rabbi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi.

100 – 300

Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam kemudian, serta dipakainya bahasa Arab di dalam kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.

313

Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.

500 – 600

Nabi Muhammad Saw lahir di tahun 571 M. Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dengan Persia.

621

Nabi Muhammad Saw melakukan perjalanan ruhani Isra’ dari masjidil Haram di Makkah ke masjidil Aqsa di Palestina dilanjutkan perjalana Mi’raj ke Sidrathul Muntaha (langit lapis ke-7). Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci ke-3 ummat Islam, dimana sholat di masjidil Aqsa dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid lain selain masjidil Haram di Makkah dan masjid Nabawi di Madinah. Masjidil Aqsa juga menjadi kiblat umat Islam sebelum dipindah arahnya ke Ka’bah di masjidil Haram, Makkah.

622

Hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah dan pendirian negara Islam – yang selanjutnya disebut khilafah. Nabi mengadakan perjanjian dengan bangsa Yahudi yang menjadi penduduk Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.

626

Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (perang parit) dan berarti melanggar Perjanjian Madinah. Sesuai dengan aturan di dalam kitab Taurat mereka sendiri, mereka harus menerima hukuman dibunuh atau diusir.

638

Di bawah pemerintahan Khalifah Umar Ibnu Khattab ra. Seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, Muslim maupun Non Muslim, hidup aman di bawah pemerintahan khilafah. Kebebasan beragama dijamin sepenuhnya.

700 – 1000

Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi.

1076

Yerusalem dikepung oleh tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tetapi ajarannya sesat), pada tahun 1099 M tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187 M sampai Salahuddin Al-Ayyubi membebaskannya dan setelah itu ummat Islam dibangkitkan kembali.

1453

Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Baghdad oleh tentara Mongol (1258 M), khilafah Utsmaniah dibawah Muhammad Fatih menaklukan Konstatinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah.

1492

Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat umat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tidak cuma diarahkan pada Muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, diantaranya ke Bosnia. Pada 1992 Raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust (pemusnahan etnis) 500 tahun sebelumnya. (Tapi tidak permintaan maaf kepada umat Islam).

1500 – 1700

Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan agama / gereja dengan negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi moderen di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur perdagangan alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi akhirnya mereka didorong oleh semangat kolonialisme dan imperialisme, yakni Gold, Glory dan Gospel. Gold berarti mencari kekayaan di tanah jajahan, Glory artinya mencari kemasyuran di atas bangsa lain dan Gospel (Injil) artinya menyebarkan agama Kristen ke penjuru dunia.

1529

Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme/imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 M kepungan diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya.
“… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai.” (QS 9:25).

1798

Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah Khilafah.

1831

Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh semangat nasionalisme yang menular begitu cepat di tanah Arab.

1835

Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuder Yahudi di Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah Khilafah.

1838

Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.

1849

Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12.000 orang. Pada tahun 1948 jumlahnya menjadi 716.700 dan pada tahun 1964 sudah hampir 3 juta orang.

1882

Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.

1891

Para penduduk Palestina mengirim petisi ke Khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus). Dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipegaruhi oleh Inggris. Perang Dunia I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan.

1897

Theodore Herzl menggelar kongres Zionis sedunia di Basel Swiss. Peserta Kongres I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa umat Yahudi tidaklah sekedar umat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi umat Yahudi – walaupun secara rahasia – pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin ! Di kongres itu, Herzl menyebut, Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenang kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan umat Yahudi sendiri. Di depan kongres, Herzl berkata, “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada tahun 1948.

1916
Perjanjian rahasia Sykes – Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya Perang Dunia (PD) I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dan Khalifah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD I berakhir dengan kemenangan sekutu, Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan Sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).

1917

Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat kepada Inggris untuk menguasai Palestina.

1938

Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (endivsung). Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke AS). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor-kantor berita di dunia.

1944

Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana.” Kondisi Palestina pun memanas.

1947

PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.

1948, 14 Mei.

Sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina, para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel. Mereka melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, hingga jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dan lain-lain. Palestina Refugees menjadi tema dunia. Namun mereka menolak eksistensi Palestina dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris – lihat Imperialisme Perancis dan Inggris di tanah Arab sejak tahun 1798 – maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.

1948, 2 Desember

Protes keras Liga Arab atas tindakan AS dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Banna mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri IM bisa melakukan kudeta, akibatnya tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.

1956, 29 Oktober

Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. Pada kurun waktu ini, militer di Yordania menawarkan baiat ke Hizbut Tahrir (salah satu harakah Islam) untuk mendirikan kembali Khilafah. Namun Hizbut Tahrir menolak, karena melihat rakyat belum siap.

1964

Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestine Liberation Organization). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan umat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional bangsa Palestina.

1967

Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena dibantu informasi dari CIA (Central Intelligence Agency = Badan Intelijen Pusat milik USA). Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menteri Pertahanan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia ada di udara.

1967, Nopember

Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina.

1969

Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua Komite Eksekutif PLO dengan markas di Yordania.

1970
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon.

1973, 6 Oktober
Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat.

1973, 22 Oktober
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.

1977
Pertimbangan ekonomi (perang telah memboroskan kas negara) membuat Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa konsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena langkah politiknya ini, belakangan Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1982.

1978, September
Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel.

1980

Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerussalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.

1982
Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis.

1987
Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial.

1988, 15 Nopember
Diumumkan berdirinya negara Palestina di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat.
Setelah Yasser Arafat mangkat kursi presiden diduduki oleh Mahmud Abbas. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina beranggotakan 500 orang.

1988, Desember
AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.

1991, Maret
Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”.

1993, September
PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian.
Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi.
Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.

1995
Rabin dibunuh oleh Yigar Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan Muslim yang sedang shalat subuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Targetnya, menggagalkan usaha perdamaian yang tidak adil itu. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai).”

1996
Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu/menciptakan kontelasi baru (pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru.
AS tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di AS terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” menjadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela kalau AS “jalan sendiri” tanpa bicara dengan Eropa.

2002 – Sampai sekarang
Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza (yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini”
Di hari kemenangan Partai Kadima pada pemilu tanggal 28 Maret 2006 di Israel, Ehud Olmert – yang kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri Israel menggantikan Ariel Sharon yang berhalangan tetap karena sakit – berpidato. Dalam pidato kemenangan partainya, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih.
Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza (27/12/2008), sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup.
Sebagai catatan akhir, Perdana Menteri Israel setelah Benjamin Netanyahu berutur-turut adalah Ehud Barak, Ariel Sharon, dan yang masih berkuasa di Israel dalam penyerangan di Gaza sekarang adalah Ehud Olmert. Sedangkan 4 faksi utama di Palestina adalah PLO, Al-Fatah, Jihad Islam Palestina (JIP), dan yang berkuasa sekarang di Palestina adalah Hamas dengan Perdana Menterinya Ismail Haniya.
.
.
Sejarah Tanah Palestina dan Zionis Israel

Konflik Palestina-Israel terus saja berlangsung entah sampai kapan berakhir. Sekarang orang Israel mengklem sebagai tanah milik mereka sejak 400 tahun sebelum Masehi! Benarkah? Kenapa baru tahun 1897 dipertanyakan kembali? Siapa sebenarnya bangsa Israel itu? Mari kita lihat kembali sejarahnya.
Orang-orang Israel adalah anak keturunan nabi Yakub as anak nabi Ishak cucu nabi Ibrahim. Nabi Yakub as tinggal di Nablus daerah Kan’an Palestina. Anak keturunan nabi Yakub ada 12 suku yang tersebut 12 suku keturunan Israel. Jumlahnya kurang dari seratus orang dan hidup sampai 500 tahun lebih. Salah satu keturunan Israel ini adalah nabi Yusuf Bendahara Negri Mesir. Nabi Yusuf as berusaha mengumpulkan kembali keturuan nabi Yakub ini yang sudah terpencar-pencar di sepanjang pantai laut tengah sampai daerah Irak bagian utara kembali ke Mesir. Selain nabi Yusuf yang juga keturunan Israel adalah nabi Harun dan nabi Musa, nabi Daud, nabi Sulaiman.
Sehingga pada zaman nabi Musa yang juga keturunan Israel, lebih dari 1600 laki-laki keturunan 12 suku Israel berhasil lolos dari kejaran Fir’aun (Raja Mesir bergelar Fir’aun yang sebenarnya bernama Bernevtah atau Ramses II). Karena sebelum itu mereka berkumpul di Mesir hasil usaha nabi Yusuf as. Mereka berdiam dan berkembang di Mesir sampai Raja Fir’aun yang ke 32 berkuasa yang memusuhinya berkat usaha nabi Musa yang keturunan Israil juga mereka berhasil lolos ke daerah Madyan, dekat Baitul Maqdis dan Padang pasir Tih.
Kira-kira sebelum tahun 500 SM Orang-orang Yahudi berkembang dekat Baitul Maqdis. Berdasarkan wahyu yang diterima nabi Musa bahwa diperintahkan Bani Israil untuk masuk ke kampung bernama Baitul Maqdis (QS: 2:58-59). Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah Baitul Maqdis adalah yang disebut orang Yahudi dengan Yerusalem lama, atau Hebron dalam keadaan menang.)1. Tetapi mereka tidak mau masuk seperti yang diperintahkan Allah SWT kepadanya. Karena keingkarannya kepada perintah Allah SWT maka jadilah mereka tersesat di padang Tih selama empat puluh tahun. Sampai datang generasi baru dibawah Yusha’ bin Nun membebaskan mereka dan memasuki kota tersebut.)2 Tetapi orang-orang zalim menukar perintah Allah swt kata Hiththah maksudnya masuk dengan menunduk atau merendahkan diri kepada Allah swt sebagai tanda tobat dan mohon ampun kepada Allah swt atas dosa-dosa yang lalu. Kata Hiththah mereka plesetkan menjadi Hinthah artinya mohon gandum. Bahkan sangkin menghinanya dalam Hadits yang dikutip di dalam catatan kaki Tafsir Zhilalil Qur’an tersebut penerjemah menambahkan: mereka memasuki pintu kota sambil merayap diatas pantatnya seraya berkata “Habbah fi syara’i” Kami minta biji-bijian gandum.”)3
Karena sifat orang yahudi yang tengkar ini banyak orang yang tidak suka, Roger Garaudy juga menyatakan bahwa memang benar sifat orang Yahudi (Israel) yang tidak patuh terhadap perintah nabi-nabinya, sehingga ia mengatakan dengan mengutip Bernard Lazare:
“… Orang-orang Yahudi “melindungi kembali diri mereka sendiri di balik pagar yang telah didirikan sekitar Taurat serta tulisan-tulisan yang pertama, kemudian oleh orang-orang Farisi/munafik serta kaum Talmudis, pada penerus Ezra, para penyimpang yang telah menyeleweng dari ajaran-ajaran nabi Musa as yang masih primitif, serta musuh-musuh para Nabi dan Rasul. Semua tindakan yang mereka lakukan itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Nabi Musa as yang sebenarnya, yang dimurnikan dan diperluas oleh isaiah, jeremiah dan Ezekiel, serta selanjutnya diperluas dan digeneralisasikan oleh orang-orang Yudeo-Hellinis.”)4
dan Allah swt pun menurunkan azab padanya berupa penghancuran masyarakatnya mereka kembali terusir dari Baitul Maqdis dan terpencar-pencar, karena Baitul Maqdis dikuasai oleh Raja Jalut (Goliath), Ketika itu Allah mengirim pasukan Jalut yang perkasa, kecuali mereka yang selamat dibawah pimpinan raja Thalut dan nabi Daud sebagai raja orang Yahudi ketika itu. Daud memimpin Bani Israel setelah mengalahkan jalut (Kisah selengkapnya ada dalam QS: 2:246-249). Tetapi mereka tetap tidak masuk ke Baitul Maqdis karena kehendak Allah swt. Mereka diam dan berkembang disebelah baitul Maqdis yaitu yang disebut Masyaaruts-Tsani. Masyaaruts Tsani bukan wilayah Palestina. Tetapi daerah dekat antara Syria dengan Irak Utara sekarang.
Kemudian nabi Ilyas as adalah anak nabi Harun as mengajak Bani Israil untuk patuh kepada Allah sesuai dengan ajaran Taurat dan Zabur. Tetapi tiada yang mengikuti kecuali sedikit selainnya hanyalah kedurhakaan saja.
Sampai daerah itu dikuasai oleh Nebucadnesar raja Chaldea. Chaldea adalah kerajaan yang berada diwilayah Irak Utara kemudian berkembang luas sampai ke tanah Palestina. Bani Israil kembali terpencar sampai ke daerah Mesoppotamia Utara.
“Orang-orang Chaldea menjadi penguasa di kawasan itu. Sedangkan penguasa dan raja terbesar dari mereka adalah Nebuchadnessar yang mampu menaklukkan negri Syam dan menghancurkan Al-Qud. Dia membunuh orang-orang Yahudi dan merampas kerajaannya. Orang-orang Yahudi itu dihancurkan diusir dan ditawan. Sejak sa’at itulah orang-orang Yahudi Bani Israil terpencar kemana-mana dan bertebaran ke segala tempat. Sebagian dari mereka berdiam di Hijaz, Mesir dan negri yang lain.”)5
Pada tahun 504 SM Palestina ditaklukkan kerajaan Persia, yang kerajaan dipimpin oleh raja Darius Agung (522SM-485SM).
orang-orang bani Israel kembali terpencar-pencar. Ketika itu Allah swt mengutus nabi Zakaiya as dan nabi Yahya as. Sampai Alexander Agung (356SM-323SM) raja Macedonia mengalahkan Persia yang menguasai daerah Persia, Mesopotamia sampai ke Mesir. Setelah Palestina dikuasai oleh Macedonia Yahudipun terpencar-pencar, ditambah lagi setelah Alexander Agung mangkat Kerajaan Macedonia terbagi dengan Romawi yang rajanya ketika itu Oktavianus Agustus (31SM-14SM). Ketika itu Romawi sedang bangkit. Setelah mengalahkan kerajaan Karthago di utara Afrika dalam sebuah pertempuran semangat Romawi bangkit untuk menaklukkan negri-negri lain termasuk Maceconia, Palestina, dan Mesir bekas taklukkan Alexander Agung.
Selanjutnya Palestina dikuasai oleh kerajaan Romawi sampai nabi Isa as diangkat orang Yahudi dan Bani Israel tidak mau mengikuti ajaran nabi Isa as kecuali beberapa orang saja yang mengikuti ajaran nabi Isa as. Bani Israil tetap dalam keadaan terpencar-pencar. Sampai kerajaan Yunani menguasai daerah tersebut dibawah kaisar Konstantin Agung (303M-337M). Agama kristen pun berkembang yang diajarkan oleh St. Paulus seorang Yahudi yang mengaku-ngaku mengikuti ajaran nabi Isa as.
Sampai Islam berkembang dan Palestina dibawah khilafah Islam Utsmaniah. Orang-orang Israel menyebar sampai ke Yunani, Romawi, Iran, Hijaz, Arab, Mesir, dan negara-negara yang ada di eropa selama lebih dari 250 tahun. Sampai meletus Perang Dunia pertama, melalui makar Yahudi dan Inggris dan sebagian negara-negara Eropa untuk menumbangkan Kekalifahan Islam dan setelah tumbang untuk menutup kemungkinan bangkitnya kekalifahan Islam kembali maka, akhirnya terbentuklah negara Israel untuk mengacaukan situasi Timur Tengah.

Terbentuknya Negara Yahudi (Israel).

Sejarah terbentuknya negara Israel, sebenarnya tidak terlepas dari problematik negara-negara yang didiami oleh orang Yahudi yang mempunyai karakter tidak disukai orang, sehingga timbul sifat antisemitisme di negara-negara yang didiaminya. Bernard Lazare yang telah menulis buku Antisemitisme et revolution (Maret 1895) menulis sebagai berikut:
…Dalam tulisan saya itu saya kemukakan bahwa terjadinya antisemitisme di dalam sejarah kita karena di manapun juga, sampai saat kita sekarang ini(huruf miring tersebut sesuai dengan tulisan yang terdapat pada karangan Lazare), “orang-orang Yahudi itu merupakan manusia yang tidak suka bermasyarakat”. Sekarangpun saya masih tetap berkata demikian mengenai mereka… akhirnya, pada bagian penutup buku tersebut saya menulis: “Penyebab-penyebab terjadinya antisemitisme, kalau kita perhatikan dari sifatnya, tentulah berdasarkan masalah-masalah etnik, keagamaan, politik dan ekonomi.)6
Kebencian terhadap orang Yahudi di negara-negara yang ditempatinya disebabkan tuduhan bahwa orang Yahudi penyebab terjadinya krisis Ekonomi akibat praktek rentenir yang diterapkan orang Yahudi dan Bank-bank yang sifat memeras rakyat, krisis sosial karena mereka orang-orang Yahudi melakukan praktek prostitusi di negara-negara yang didiami Yahudi di mana-mana khususnya Eropa. Dan mereka orang-orang Yahudi merasa merupakan ras yang paling baik didunia dan tidak segan-segan membunuh manusia lainnya.

Adalah Theodor Herzl (1860-1904) seorang Yahudi yang mencetuskan berdirinya negara Yahudi dalam bukunya Der Jundenstaat dan menerapkannya pada kongres Zionis pada tahun 1897.Herzl berpendapat karena terjadinya sifat antisemitisme di negara-negara Eropa terutama Jerman yang berakhir menurutnya dengan peristiwa “Dreyfus” maka ia menyimpulkan:
1. Orang-orang Yahudi, dimanapun juga mereka berada di permukaan bumi ini, di negara manapun juga meereka bertempat tinggal akan tetap saja merupakan sebuah “bangsa” yang tunggal.
2. Mereka selamanya dan di mana sajapun selalu menjadi korban pengejaran.
3. Mereka sama sekali tidak dapat diasimilasikan oleh negara-negara dimana mereka telah bertempat tiddal sekian lamanya (sangkaan yang sama yang juga ada pada orang-orang antisemit serta orang-orang rasialis).7
Akibat ditariknya kesimpulan oleh Herzl tersebut maka pemecahan masalahnya menurut Herzl dan menurut orang-orang antisemit juga adalah membuat negara Yahudi baru diatas tanah kosong dunia. Maka dipilihlah Palestina agar juga mendapat dukungan orang-orang Yahudi aliran Zion (Pecinta tanah sejarah yaitu Mesir, Kan’aan dan sekitarnya)
Jadi tidak benar orang Israel mengaku sebagai tanah suci orang Israel. Karena :
1. Ummat Israel tidak pernah tinggal lama di daerah Palestina walaupun Nabi Yakub as tinggal di Nablus daerah kan’aan tetapi keturunannya tidak lagi tinggal disana. Mereka lebih lama tinggal di Mesir ketika zaman nabi Musa as. dan daerah-daerah sekitarnya.
2. Tidak bisa pula dikatakan bahwa Palestina sebagai tanah warisan nabi Nuh as sebagai mutlak milik orang-orang Israel, karena keturunan nabi Nuh as mencakup nabi Luth as, dan nabi Ibrahim as.
Mereka meyakini bahwa, sejak nabi Ibrahim (Abram) as sudah membagi dua tanah Palestina dengan nabi Luth (Lot) as. Kitab Kejadian pasal 13:
Maka pergilah Abram dari Mesir ke Tanah Negeb dengan isterinya dan segala kepunyaannya, dan Lotpun bersama-sama dengan dia.
Adapun Abram sangat kaya, banyak ternak, perak dan emasnya.
Ia berjalan dari tempat persinggahan ke tempat persinggahan, dari Tanah Negeb sampai dekat Betel, di mana kemahnya mula-mula berdiri, antara Betel dan Ai,
ke tempat mezbah yang dibuatnya dahulu di sana; di situlah Abram memanggil nama TUHAN.
Juga Lot, yang ikut bersama-sama dengan Abram, mempunyai domba dan lembu dan kemah.
Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama.
Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu.
Maka berkatalah Abram kepada Lot: “Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat.
Bukankah seluruh negeri ini terbuka untuk engkau? Baiklah pisahkan dirimu dari padaku; jika engkau ke kiri, maka aku ke kanan, jika engkau ke kanan, maka aku ke kiri.”
Lalu Lot melayangkan pandangnya dan dilihatnyalah, bahwa seluruh Lembah Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti tanah Mesir, sampai ke Zoar. –Hal itu terjadi sebelum TUHAN memusnahkan Sodom dan Gomora. –
Sebab itu Lot memilih baginya seluruh Lembah Yordan itu, lalu ia berangkat ke sebelah timur dan mereka berpisah.
Abram menetap di tanah Kanaan, tetapi Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom.
Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap TUHAN.
(Kejadian 13:1-13)
Kalau memang benar berkeyakinan demikian tentunya dan seharusnya tidak seluruh tanah Palestina dijadikan milik Israel karena paling tidak setengahnya adalah milik nabi Luth (Lot) as.
Dan Pembagian Warisan yang adil adalah: Tanah Palestina dibagi dua. Setengahnya untuk keturunan nabi Luth as. dan setengahnya lagi untuk nabi Ibrahim as. serta keturunannya.
Setengah milik nabi Luth as.bagian sebelah timur Palestina.
Bagian timur adalah lembah dengan tanah yang subur. Ini adalah yang setengah yang milik nabi Luth as. adalah zona bebas yang boleh dimiliki setiap orang karena nabi Luth as. tidak ada keturunan lagi dan tanah dan negri miliknya sudah ditenggelamkan oleh Allah swt karena keingkaran dan dosa-dosa yang telah mereka perbuat dalam bentuk bencana alam gunung meletus. Jadi setengah Palestina bagian timur hak semua orang adalah hak penduduk setempat dan setiap orang bebas memilikinya.
Setengah milik nabi Ibrahim as. bagian sebelah barat Palestina.
Daerah bagian barat adalah tanah padang gersang.
Setengah milik nabi Ibrahim dibagi dua karena keturunan nabi Ibrahim as ada dua dari dua Istri yaitu Ismail as dan Ishak as.
Karena Bani Israil adalah keturunan nabi Yakub as. Dan nabi Yakub as adalah anak nabi Ishak as. Maka jatah bani Israil hanya seperempat wilayah Palestina dan seperempatnya lagi adalah untuk keturunan nabi Ismail as. orang-orang Arab yang ada di Saudi Mekah sekitarnya.

Setelah 63 tahun penjajahan Israel terhadap Palestina, agaknya kita akan menyaksikan tahap-tahap akhir cerita ini, mengingat yang tersisa bagi rakyat Palestina tinggallah sejengkal tanah Gaza itu. Namun umat islam harus optimis, bahwa keadilan Allah swt pastilah datang.
Firman Allah SWT di Al-Baqarah:29:
“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. “
Satu lagi yang kita tunggu, yaitu sabda Nabi Muhammad SAW riwayatImam Bukhari dan Imam Muslim dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu,
“Artinya : Kalian akan memerangi bangsa Yahudi sampai seseorang di antara mereka bersembunyi di belakang batu. Maka batu itu berkata : Wahai hamba Allah, ini di belakangku ada Yahudi, bunuhlah !”
Penutup
Akhirul kalam, sebagai muslim, kita wajib merealisasikan kedudukan strategis Baitul Maqdis dan tanah Syam dalam Islam dengan cara membebaskannya dari cengkeraman musuh. Kita harus berjuang melawan siapa pun yang akan menghilangkan kesucian dari Baitul Maqdis dan tanah Syam, atau siapa pun yang memaksa kita untuk berdamai (baca : menyerah) kepada musuh, walau pun itu berarti darah kita harus tertumpah habis. Kita pun harus menentang sikap para pemimpin ummat Islam yang berkhianat, yang lebih suka mengadakan konferensi-konferensi perdamaian dengan Israel dan mengistirahatkan tentaranya di barak-barak, sementara bocah-bocah muslim di Palestina yang tak bersenjata harus menghadapi serbuan peluru, roket, dan tank tentara Israel yang ganas dan kejam hanya dengan batu dan dada mereka.
Keimanan kita kepada Allah SWT menjadi dasar perjuangan kita. Ingatlah bahwa Allah SWT telah berjanji kepada kita untuk memenangkan kita jika kita beriman dan dan beramal shaleh. Kita berharap Allah SWT akan segera merealisasikan kemenangan itu agar kalimat Allah saja yang tertinggi di muka bumi.
Wallahu a’lam.

~ oleh sangtrainercilik pada 18/11/2009.

Tinggalkan komentar